"Membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta. Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka." Najwa Shihab
Saya membaca informasi di daffana.com, disebutkan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada di 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Informasi tersebut membuat saya paham dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada bangsa kita sekarang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan literasi adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Jadi, level literasi seseorang mempengaruhi cara dia menanggapi suatu informasi yang dia terima. Jika literasinya rendah, maka besar kemungkinan dia akan salah (tidak dapat) mengolah informasi yang dia dapat (baca). Tidak mengherankan kalau tingkat penyebaran berita bohong atau hoax menjadi begitu cepat dan masif, yang akhirnya memunculkan masalah di tengah masyarakat.
Orang yang bisa baca, banyak, tapi yang mau membaca jumlahnya sedikit. Beberapa waktu lalu saya ada menulis "Persepsi tanpa literasi hasilkan anarki"- Ketika itu ada tweet dari Burger King UK yang kontroversi dan memicu reaksi negatif dari netizen global. Persoalannya karena banyak netizen yang hanya membaca sebagian tweet, tidak membacanya secara lengkap sehingga terjadi salah paham.
anyway... "Membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta." Saya setuju dengan mbak Najwa, karena dengan membaca kita akan lebih mengerti, lebih memahami, lebih tenang, karena kita tahu bagaimana cara menanggapi suatu informasi atau keadaan di sekitar kita. Membaca sebuah informasi dengan lengkap dan utuh bisa menjauhkanmu dari masalah.
Image by Silviarita from Pixabay |
Saya percaya kalau rakyat Indonesia gemar membaca, dan literaturnya baik, itu akan menjadi salah satu solusi untuk memajukan bangsa kita.
3 bulan lalu (Maret 2021) saya memutuskan untuk ikut klub buku. Saya tidak suka membaca, tapi saya sadar kalau membaca buku itu penting, seperti yang saya paparkan di atas. Untuk itu saya sengaja paksa diri supaya mulai membaca, dan salah satu cara menjadi "terpaksa" adalah ikut klub buku supaya ada komunitas yang akan mendukung, mendorong, dan mengingatkan untuk tetap membaca. Tujuannya agar menjadi terbiasa.
Klub buku kami anggotanya ada 27 orang (semoga akan lebih banyak lagi), kami bertemu sepekan sekali secara online untuk mendiskusikan apa yang kami baca sepekan yang lewat. Biasanya kami membaca per bab, kami sudah menghabiskan membaca buku pertama dan saat ini sementara membaca buku kedua.
Klub buku kami berfokus pada buku-buku spiritual Kristen, buku yang kami baca: Grace is Greater, penulis Kyle Idleman, itu sudah selesai dibaca. Buku kedua yang sementara saya baca adalah The Case for Grace, penulis Lee Strobel.
Harapan saya ke depan, dengan semakin banyak buku yang saya baca semakin banyak tulisan yang akan saya bagikan melalui media blog. Karena "penulis yang baik adalah pembaca yang baik."
*iGrafen21
Komentar
Posting Komentar